Tuesday, February 5, 2013

Japan Pop Culture Diplomacy by Cosplay?

Cosplay atau seringkali disebut kosupure seringkali disebut sebagai pesta kostum atau memakai kostum dan berdandan semirip mungkin dengan karakter 2 dimensi. Sebenarnya karakter 2 Dimensi yang dimaksud bukan hanya terbatas pada karakter-karakter anime Jepang, namun juga bisa mengacu pada karakter 2D lainnya seperti halnya kartun-kartun hero Amerika Serikat misalnya. Namun dalam perkembangannya, kata cosplay lebih populer untuk mengarah pada berdandan dan memakai kostum ala karakter-karakter anime Jepang. Kegiatan Cosplay pada umumnya dilakukan oleh para penggemar-penggemar anime, manga, dan budaya-budaya pop Jepang lainnya sehingga mereka akan dapat merasakan bagaimana menjadi karakter yang disukainya untuk sehari. (n it's wonderful :D) Mereka akan mempersiapkan segalanya, mulai dari rambut berwarna warni ala karakter anime, kostum yang sedetil mungkin, hingga aksesori-aksesori dan make up untuk menyesuaikan wajah yang dimiliki dengan karakter yang mereka sukai.

Dalam perkembangannya, budaya cosplay ini berkembang luas, tidak hanya marak di Jepang, namun juga di negara-negara lain seperti Cina hingga Asia Tenggara, Rusia, negara-negara Eropa seperti Inggris dan Prancis, Amerika Serikat hingga Amerika Selatan. (http://www.wochikochi.jp). Banyak orang yang "menemukan" cosplay dan budaya pop Jepang yang lain di event-event Jejepangan di negara mereka masing-masing. Hal baru yang unik, menarik, berwarna, cute dan youth sangat tercermin pada cosplay. Warna-warna kontras dan penampilan yang unik sudah pasti mengundang ketertarikan dari penonton yang hadir, entah yang pada awalnya untuk lewat saja ataupun memang penggemar budaya pop Jepang. Keunikan cosplay yang berusaha membangun karakter yang mereka perankan ke dalam realitas inilah yang menajdi daya tarik utama dari apa yang dilihat masyarakat terhadap event cosplay yang ada.

 Kemunculan berbagai fandom dan komunitas pencinta budaya Jepang maupun cosplay juga merupakan suatu boost bagi popularitas budaya pop Jepang di kalangan anak-anak muda pada khususnya. Perkembangan perkumpulan-perkumpulan seperti ini cukup pesat di dunia. Di Indonesia, penulis melihat bahwa pada sekitar tahun pada tahun 2000an, jumlah komunitas Jejepangan yang aktif di Jawa Timur hanya dua yang berlokasi di Malang dan Surabaya. Namun pada saat ini penulis menemukan banyak komunitas dan fandom yang bermunculan di setiap daerah, setidaknya satu di masing-masing region.Serupa dengan hal tersebut, di AS juga banyak dilakukan berbagai event cosplay yang besar. Salah satunya adalah Anime Expo yang merupakan salah satu event Jejepangan terbesar di AS. Dalam event ini banyak pencinta Jejepangan dan cosplayer di seluruh AS dan Kanada akan berkumpul dan berpartisipasi. 
Dari apa yang dilihat dair banyaknya fenomena cosplay dan kegiatan Jejepangan di dunia, penulis berpendapat bahwa diplomasi budaya akan cukup baik jika Jepang dapat "mengikat" cosplay dengan image negaranya. Diplomasi budaya yang bertujuan untuk menciptakan rasa pengertian antar budaya dan negara dengan melalui masyarakat akan lebih efektif jika menggunakan instrumen yang dekat dan tidak asing lagi bagi masyarakat. Dengan persebaran cosplay dan antusiasme masyarakat dalam menonton acara-acara cosplay seperti ini akan meningkatkan rasa kedekatan antara masyarakat di negara tersebut dengan budaya pop Jepang. Selain itu, melalui cosplay juga akan didapatkan suatu "budaya universal" yang mempersatukan banyak orang di dunia yang notabene  berasal dari budaya-budaya yang berbeda. 
 Namun yang perlu dipertanyakan adalah, bagaimana cara melekatkan image Jepang dengan cosplay? Sebab perlu diketahui juga, bahwa tidak selamanya cosplayers merupakan orang-orang yang selain berkostum seperti tokoh anime favoritnya, juga menyukai Jepang dan tertarik pada Jepang. Mungkin saja mereka hanya melakukan suatu kegiatan visual dan masih tidak tertarik dengan Jepang. Disini Jepang perlu memikirikan, bagaimana caranya supaya cosplay hanya refers to Japan only? Penting untuk dilakukan, karena bukan hanya menyangkut image dari negara tersebut, namun juga mengenai produk-produk ekonomi yang mengalami peningkatan seiring dengan berkembangnya cosplay. Industri-industri yang berkaitan dengan cosplay seperti jasa pembuatan kostum dan penjualan wig atau aksesori juga akan mengalami peningkatan stabil jika Jepang dapat memanfaatkan kekuatan budaya popnya seperti anime dan manga, serta menciptakan suatu image bahwa cosplay is referred to Japan.
Jadi cosplay bukan tidak mungkin akan menjadi suatu booster bagi diplomasi budaya Jepang di dunia. Selain karena keunikan dan rasa familiar masyarakat, cosplay juga dapat meningkatkan pemasukan ekonomi Jepang. Hanya saja perlu cara-cara kreatif dan inovatif untuk menjaga agar cosplay merupakan suatu hal yang berasal dari Jepang dan bagaimana Jepang mempromosikan negaranya sendiri sebagai suatu negara dengan image yang baik melalui cosplay.

Referensi:
Kelts et al, n.d., Evolving Cosplay, Manga and Anime Sweeping The World (http://www.wochikochi.jp/english/topstory/2011/12/cosplay-manga-anime.php)

1 comment:

red and mauve said...

hello!
artikel yg menarik karena kebetulan saya juga mahasiswi jurusan Hubungan Internasional dan cosplayer newbie ^^
salam kenal.